Sejak 2009, LIPI Temukan Sembilan Spesies Baru Anggrek

Sabtu, Maret 02, 2013

Anggrek selop (Paphiopedilum glaucophyllum), maskot Kebun Raya Purwodadi
Kamis, 28 April 2008

Foto-foto: ABDI PURMONO

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil menemukan sembilan spesies baru anggrek dari 2009 sampai sekarang.

Menurut Destario Metusala, Peneliti Kebun Raya Purwodadi, dari sembilan jenis baru anggrek, delapan jenis merupakan tanaman endemik Indonesia. Satu jenis lagi dari Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia. Anggrek-anggrek itu didokumentasikan oleh Kebun Raya Purwodadi, kebun raya di Kabupaten Pasuruan yang bernaung di bawah LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Anggrek kesembilan yang ditemukan LIPI adalah anggrek bernama ilmiah Malleola inflata Metusala & P.O'Byrne. Anggrek ini hasil observasi rutin bertahun-tahun terhadap koleksi anggrek yang didapat dari pedalaman Kalimantan Barat pada 2006 oleh tim eksplosari Kebun Raya Purwodadi. Penemuan anggrek Malleola inflata sudah dipublikasikan di jurnal internasional Malesian Orchid Volume 11 yang terbit pada akhir Februari lalu.

Namun, lokasi penemuan anggrek sengaja tidak disebutkan. “Demi kepentingan konservasi, maka lokasi penemuannya kami rahasiakan,” kata Destario kepada saya, Jumat, 1 Maret 2013.  Destario peneliti spesialis botani, agronomi, dan taksonomi anggrek.

Sebelumnya, pada Juli 2012, LIPI mengumumkan penemuan anggrek mini dari Kalimantan Barat bernama ilmiah Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J. Wood. Dendrobium mucrovaginatum merupakan jenis anggrek dataran rendah yang rajin berbunga sepanjang tahun dan sangat potensial disilangkan untuk mendapatkan anggrek komersial. Spesies anggrek ini sangat digemari kolektor karena ukurannya yang mini menghemat tempat.

Peneliti muda lulusan Jurusan Agronomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta itu merinci, pada 2009 LIPI menemukan Dendrobium floresianum Metusala & P.O’Byrne dari Flores, Nusa Tenggara Timur, serta Dipodium brevilabium Metusala & P.O’Byrne dari Papua.

Pada 2010 ditemukan tiga spesies baru anggrek dari Pulau Kalimantan, yakni Dendrobium kelamense Metusala, P.O’Byrne & J.J. Wood; Dendrobium dianae Metusala, P.O’Byrne & J.J. Wood, serta Dendrobium flos-wanua Metusala, P.O'Byrne & J.J.Wood.

Lalu, pada 2012, ditemukan Vanda frankieana Metusala & P.O’Byrne dan Dendrobium mucrovaginatum. Di tahun yang sama, ditemukan satu jenis anggrek Gunung Kinabalu, yakni Cleisocentron kinabaluense Metusala & J.J.Wood. Ephitet atau julukan “kinabaluense” menandakan lokasi asal spesimen anggrek itu. Cleisocentron kinabaluense ditemukan lebih dulu dari Dendrobium mucrovaginatum.

Destario Metusala, Jumat, 1 Maret 2013
“Penemuan sembilan jenis anggrek itu tentunya akan semakin meningkatkan scientific value dari koleksi Kebun Raya Purwodadi sekaligus menambah panjang daftar diversitas flora yang dimiliki Indonesia,” ujar Rio, panggilan akrab peneliti berusia 30 tahun itu.

Ia menjelaskan, Pulau Kalimantan menjadi salah satu kawasan yang menyimpan banyak misteri pengetahuan, terutama pengetahuan keanekaragaman hayati. Perkembangan taksonomi anggrek selama ini telah mencatat lebih dari 1.800 nama taksa yang berasal dari Kalimantan. Jenis-jenis baru yang hampir setiap tahun muncul dari belantara Kalimantan mengindikasikan bahwa belantara pedalaman Kalimantan masih menyimpan kekayaan hayati yang belum dikenal oleh khalayak ilmuan dunia.

Ironisnya, kekayaan melimpah itu terancam oleh laju degradasi hutan akibat kegiatan pembukaan perkebunan dan pertambangan. Kegiatan ini menyulitkan riset eksplorasi dan inventarisasi diversitas tumbuhan di Kalimantan. ABDI PURMONO

Share this :

Previous
Next Post »